Perpustakaan dan Toko Buku

Apa yang terlintas di benak anda apabila anda mendengar orang menyebutkan kata “perpustakaan”? Saya yakin anda pasti akan mengatakan bahwa yang terlintas di pikiran anda adalah buku. Iya benar. Perpustakaan memang sangat identik dengan buku. Buku identik dengan ilmu. Ada adagium yang mengatakan bahwa, perpustakaan merupakan gudangnya ilmu. Pernyataan tersebut mempertegas korelasi yang kuat antara buku dan perpustakaan. Kenyaataan yang ada memang demikian, isi sebuah perpustakaan memang didominasi oleh buku-buku yang sengaja disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjungnya. Keberadaan perpustakaan amat membantu bagi para pengunjung yang haus akan hal-hal baru dan ilmu[1]. Kalau orang mengunjungi perpustakaan maka ia akan melihat sejumlah buku dengan beraneka ragam ukuran dan bentuk yang tersusun di rak-rak yang diberi tanda atau kode-kode tertentu yang menunjukkan karakteristik susunan buku-buku tersebut. Itulah perpustakaan.

Sekilas memang kalau kita perhatikan bahwa perpustakaan itu hampir mirip dengan toko buku seperti TokoGramedia, Gunung Agung dan lain-lain. Buku-buku yang terdapat di toko buku juga disusun rapi di atas rak-rak yang beraneka ragam bentuknya. Susunannya pun berdasarkan karakteristik tertentu seperti berdasarkan subyek. Toko buku dan perpustakaan keduanya adalah gedung atau ruang yang menyediakan aneka ragam buku atau bahan bacaan dan berbagai media lain yang disediakan untuk dijadikan sebagai rujukan atau sumber ilmu bagi pembacanya. Lantas, apa perbedaan perpustakaan dengan toko buku? Perbedaan yang paling mendasar adalah bahwa buku-buku yang terdapat di perpustakaan tidak untuk diperjualbelikan kepada pengunjung sebagaimana halnya buku-buku yang terdapat di toko buku. Pengunjung perpustakaan dapat membaca semua koleksi buku yang ada di perpustakaan bahkan jika pengunjung tersebut adalah anggota perpustakaan, maka ia dapat meminjam buku-buku yang ia inginkan untuk dibawa pulang. Sedangkan, pengunjung toko buku memang dapat juga membaca buku-buku di toko tersebut tetapi hanya untuk buku-buku yang sudah tidak terbungkus plastik lagi atau telah terbuka bungkusannya. Kalau tidak ingin membeli, maka buku-buku tersebut tidak bisa dibawa pulang.

Perbedaan lain adalah pengunjung perpustakaan dapat dengan nyaman dan leluasa untuk membaca buku di perpustakaan karena fasilitas untuk kenyaman membaca buku memang disediakan di perpustakaan. Meja baca,  kursi baca, sofa adalah beberapa fasilitas tersebut. Sedangkan di toko buku hampir semua pengunjung membaca sambil berdiri atau jongkok karena tidak tersedianya fasilitas pendukung seperti halnya di perpustakaan. Kalaupun ada tempat duduk, maka jumlahnya tidak sebanyak dan tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang ke toko buku tersebut.

Dari segi orientasi bisnisnyapun, kedua institusi ini mempunyai tujuan yang berbeda. Toko buku adalah institusi bisnis yang berorientasi pada profit oriented – berorientasi  pada keuntungan ekonomis sedangkan perpustakaan adalah suatu institusi nirlaba yang dianggap not for profit oriented – tidak berorientasi pada keuntungan ekonomis. Sebagaimana institusi bisnis lainnya, toko buku adalah lembaga komersil yang bertujuan untuk menjual buku sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, perpustakaan menitikberatkan pada penyediaan buku dan bahan bacaan lainnya untuk dibaca dan dipinjam, bukan untuk diperjualbelikan.

Keberadaan buku-buku yang selalu up to date (mutakhir) adalah hal lain yang membedakan perpustakaan dengan toko buku. Kita akan dengan mudah mendapatkan buku-buku terbaru (new edition) di toko-toko buku. Biasanya, toko buku akan segera mempromosikan buku-buku terbaru mereka dengan berbagai cara seperti pemasangan spanduk di depan toko buku atau disalah satu sudut ruangan toko buku tersebut, memasang iklan di media cetak dan elektronik dan lain-lain. Sedangkan mayoritas koleksi buku di perpustakaan adalah buku-buku lama atau edisi lawas meskipun ada juga sebagian perpustakaan yang terus meng-update koleksinya dengan buku-buku baru namun jumlah dan frekuensinya tentu tidak sebanding dengan toko buku.

Namun demikian, baik perpustakaan maupun toko buku adalah sama-sama memiliki andil besar dalam meningkatkan keberaksaraan (literacy) masyarakat di sekitarnya. Slogan gemar membaca dan gerakan pemberantasan buta aksara yang dicanangkan oleh pemerintah, misalnya, tentu akan tinggal sekedar slogan dan gerakan “membisu” saja jikalau keberadaan perpustakaan dan toko buku tidak hidup dan tumbuh ditengah-tengah masyarakat. Meskipun dalam konteks kekinian, perpustakaan dan toko buku bukan lagi sebagai satu-satunya institusi penyedia sumber informasi untuk masyarakat, perpustakaan dan toko buku tetap akan menjadi salah satu alternatif bagi pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat di era globalisasi ini. Wallahu’alam.


Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top