Katalog Perpustakaan Di Era World Wide Web : Redefinisi Tujuan Dan Fungsi Katalog Perpustakaan

Pendahuluan

Sebagai sarana temu balik informasi, katalog perpustakaan memainkan peranan  penting dalam mengakses seluruh bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan. Keberadaannya semakin diperlukan ketika koleksi suatu perpustakaan semakin bertambah dan berkembang. Hal ini terjadi karena pengguna akan mengalami kesulitan dalam menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan di jajaran rak-rak perpustakaan apabila katalog perpustakaannya tidak tersedia. Sedangkan kalau koleksi perpustakaan sedikit dan terbatas maka katalog tidak terlalu dibutuhkan karena pengguna mampu mengingat pengarang, judul, subyek, dan bahkan karakteristik fisik bahan pustaka tersebut serta letaknya dalam rak-rak perpustakaan. Sebetulnya, ada dua alasan utama mengapa menurut Taylor[1]   perpustakaan yang memiliki koleksi yang besar harus mempunyai katalog perpustakaan, yaitu untuk temukembali dan inventarisasi. Melalui katalog tersebut, pengguna dapat melakukan akses ke koleksi suatu perpustakaan. Dengan kata lain, perpustakaan menginformasikan keadaan sumber daya koleksi yang dimilikinya kepada pengguna melalui katalognya.

Dalam perjalanan sejarah, katalog perpustakaan telah mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan perubahan perilaku pencarian informasi para penggunanya (information seeking behavior). Perubahan tersebut terjadi dari katalog yang pada awalnya berbentuk buku, kartu hingga OPAC (online public access catalog). Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya katalog perpustakaan dari waktu ke waktu terus menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan yang terjadi terutama berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Disamping itu, setiap perubahan atau inovasi yang terjadi pada katalog perpustakaan juga dimaksudkan untuk memberi kemudahan kepada pengguna dalam menggunakannya untuk menelusur bahan pustaka yang dibutuhkan di perpustakaan.

Di era world wide web ini, perkembangan teknologi komputer dan produksi dokumen elektronik menjadi tantangan berbeda yang signifikan bagi perpustakaan saat ini jika dibandingkan dengan tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan lima puluh tahun yang lalu dimana saat itu yang menjadi inti koleksi perpustakaan hanyalah buku-buku dan majalah-majalah yang hanya dapat ditelusur dengan menggunakan katalog kartu saja. Meskipun pengaruh teknologi komputer dan jaringan sumber informasi terhadap misi perpustakaan masih diperdebatkan tetapi eksistensi perpustakaan masa depan tergantung pada kemampuan perpustakaan tersebut dalam merespon teknologi saat ini dan akan datang.[2] Salah satu respon penting yang harus dilakukan oleh perpustakaan adalah melakukan perubahan pada katalognya. Dewasa ini, isu  perubahan katalog perpustakaan hangat dibicarakan di kalangan akademisi dan pustakawan profesional di benua Eropa dan Amerika. Dua kawasan dimana perpustakaan-perpustakaannya senantiasa maju dan mengikuti perkembangan secara dinamis.  Ada yang mengatakan bahwa pengatalogan dan katalog perpustakaan sudah tidak dibutuhkan lagi karena sudah ada sarana lain yang berbasis internet yang lebih canggih dan hebat daripada katalog perpustakaan dalam menelusur informasi. Ada juga yang berpendapat bahwa pengatalogan dan katalog perpustakaan masih tetap dibutuhkan hanya saja istilah dan penyebutannya saja yang berubah menyesuaikan dengan perkembangan yang ada. Selain itu, ada kalangan yang berpendapat bahwa katalog perpustakaan tidak cukup sekedar berganti nama atau istilah saja tetapi katalog perpustakaan harus meredefinisikan tujuan dan fungsinya sehingga dengan demikian pengguna akan kembali menggunakan katalog perpustakaan. Tulisan ini mencoba menguraikan tentang katalog perpustakaan dalam konteks perubahan di era World Wide Web. Disini penulis tidak akan menjelaskan  definisi katalog tetapi pembahasan difokuskan pada posisi katalog perpustakaan dalam “lingkaran” World Wide Web, faktor-faktor yang mendorong perubahan katalog perpustakaan. Setelah itu, penulis menyinggung tentang perbedaan katalog perpustakaan dengan search engines. Redefinisi tujuan dan fungsi katalog perpustakaan menjadi bahasan akhir tulisan ini.

Katalog Perpustakaan dan World Wide Web

World Wide Web adalah nama yang diberikan untuk semua bagian Internet yang dapat diakses dengan software web browser. Sampai saat ini ada beberapa software web browser yang sering digunakan antara lain Microsoft Internet Explorer, Netscape Navigator, Mozilla dan Opera. World Wide Web atau WWW atau singkatnya web, terdiri dari jutaan situs web (web site) dan setiap web site terdiri banyak halaman web (web page). Halaman-halaman web ini tersebar di seluruh dunia di komputer-komputer server yang terhubung dengan Internet. Situs-situs seperti www.yahoo.com atau www.microsoft.com adalah web site yang sudah lama ada dan menyediakan banyak sekali fasilitas sehingga halaman dalam situs ini juga sangat banyak.

Joan M. Reitz di dalam  Online Dictionary for Library and Information Science mendefinisikan World Wide Web adalah “A global network of Internet servers providing access to documents written in a script called Hypertext Markup Language (HTML) that allows content to be interlinked, locally and remotely”. Menurutnya WWW adalah sebuah Jaringan global server Internet menyediakan akses ke dokumen tertulis dalam naskah disebut Hypertext Markup Language (HTML) yang memungkinkan konten menjadi saling terkait, secara lokal dan remote.[3]

Lantas apa kaitannya dengan katalog perpustakaan? Keberadaan teknologi World Wide Web tersebut ternyata telah merubah perilaku pencarian informasi (information seeking behavior) para pengguna perpustakaan. Mereka tidak sering lagi mengunjungi perpustakaan dalam arti bahwa mereka tidak perlu  datang ke gedung perpustakaan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan karena mereka dapat mencari informasi lewat jaringan komputer global.[4] Terdapat banyak sekali fasilitas di internet yang dapat memudahkan mereka dalam menelusur informasi yang mereka butuhkan. Sarana penelusuran informasi seperti Google.com, Yahoo.com, Altavista.com, dan lai-lain menjadi pilihan alternatif dalam menelusur informasi. Katalog perpustakaan tidak lagi sering digunakan karena katalog tersebut dianggap hanya terbatas untuk menelusur bahan pustaka di suatu perpustakaan saja. Bahkan, sering juga terjadi bahwa bahan pustaka yang dicari ada datanya di katalog perpustakaan tetapi begitu dilihat ke rak-rak perpustakaan justeru tidak diketemukan.

Dahulu pengguna perpustakaan sangat tergantung pada pustakawan dalam hal pemenuhan kebutuhan informasinya. Saat itu pustakawan menjadi perantara antara pengguna dengan sumber informasi sehingga pengguna selalu memanfaatkan perpustakaan. Namun di era ketika setiap orang memiliki akses terhadap sumber-sumber informasi global dari komputer di rumah dan di kantor mereka, maka peran pustakawan pun sebagai perantara menjadi tidak relevan.[5] Saat ini, orang tidak lagi menggantungkan harapan akan pemenuhuan informasi mereka pada pustakawan dan katalog perpustakaan. Maka, untuk mengantisipasi perubahan perilaku pencarian informasi tersebut mau tidak mau katalog perpustakaan harus berintegrasi dengan web.[6] Katalog perpustakaan harus mampu berfungsi layaknya search engines sehingga tujuan dan fungsinya semakin luas.

Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Katalog Perpustakaan

Setiap perubahan katalog perpustakaan yang terjadi dalam sejarah selalu dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi saat itu. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan peningkatan kebutuhan informasi pengguna merupakan sekelumit faktor yang secara umum mempengaruhi perubahan katalog perpustakaan dari masa ke masa.

Di era teknologi berbasis web saat ini, terdapat sederetan faktor-faktor lain yang mendorong perubahan katalog perpustakaan. Diantara faktor-faktor tersebut adalah 1). Tingkat penggunaan koleksi perpustakaan tidak ada peningkatan bahkan cenderung menurun. 2). Terdapat sarana temu kembali informasi alternatif lain yang lebih menarik dan lebih canggih. 3). Perubahan teknologi informasi yang sangat cepat. 4). Meningkatnya harapan (informasi) pengguna perpustakaan. 5). Peningkatan pesat pada jenis-jenis aset digital. 6). Proyek digitalisasi massa dan 7). Revolusi dalam pertukaran informasi ilmiah.[7]

Khusus mengenai harapan dan perilaku pengguna perpustakaan menurut Sadeh  telah mengalami perubahan justeru sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurutnya perubahan itu terjadi disebabkan oleh meluasnya pemakaian search engines, sarana dan layanan internet serta munculnya fasilitas Google Scholar dan Windows Live Academic dalam temu kembali informasi ilmiah.[8] Keberadaan sarana dan fasilitas tersebut telah mengurangi ketergantungan pengguna terhadap perpustakaan dalam upaya pemenuhan kebutuhan informasi mereka.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, maka katalog perpustakaan harus melakukan perubahan agar tetap dapat bertahan sebagai salah satu sarana temu kembali informasi   dalam alam semesta informasi pemakai saat ini. Perubahan tersebut salah satunya dapat berupa integrasi katalog perpustakaan dengan sarana temu kembali informasi yang lain seperti search engines.

Perbandingan Katalog Perpustakaan dengan Search Engines

Menurut Evensberg[9]  setidaknya ada 13 aspek yang berbeda antara katalog perpustakaan dalam hal ini OPAC dengan search engines. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Basis dokumen, cakupan. Katalog perpustakaan hanya mendaftar koleksi tertentu saja khususnya buku-buku yang terletak di satu atau beberapa gedung perpustakaan. Sedangkan search engines mengindeks dokumen yang tersebar di seluruh dunia. Kebanyakan dari dokumen tersebut bukan buku.
  2. Ukuran. Koleksi yang terdaftar dalam katalog perpustakaan merupakan hasil seleksi dengan kriteria tertentu seperti sasaran dan kualitas buku. Sedangkan koleksi yang dicakup dalam search engines bersifat global dan komprehensif karena itu seleksi berlangsung secara otomatis saja. Tidak ada kriteria seleksi seperti sasaran dan kualitas dokumen.
  3. Tujuan. Katalog perpustakaan telah mempunyai tujuan yang jelas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan pengatalogan yaitu salah satunya untuk memastikan akses yang dapat dipercaya untuk beberapa tipe queries (pertanyaan). Known item searches (penelusuran dokumen yang lewat salah satu pendekatan judul, pengarang dan subyek) dan Collocation search (penelusuran dengan sanding kata) disini sangat penting. Sedangkan search engines tidak mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh peraturan atau standar tertentu. Penelusuran berdasarkan subyek dan Collocation search secara teknis tidak dapat dipercaya.
  4. Pemahaman atau penjelasan tentang hasil penelusuran. Pengguna dapat mempelajari segala sesuatu tentang fitur dan fungsi katalog, memahami bagaimana sebuah hasil penelusuran dihasilkan atau mengapa penelusuran gagal. Para ilmuwan dan sarjana dapat berharap untuk mendapatkan hasil yang handal dan lengkap, dan menemukan semua sumber daya terbaik yang tersedia. Sedangkan pengguna tidak bisa melakukan hal tersebut pada search engines.
  5. Harapan pengguna. Katalog perpustakaan hanya mengindeks koleksi perpustakaan yang biasanya terbatas jika dibandingkan dengan harapan pengguna yang mempunyai bidang peminatan atau kebutuhan informasi yang luas. Sedangkan search engines justeru mengindeks sangat banyak dokumen diluar dugaan pengguna tetapi dokumen –dokumen bernilai tersebut bercampur dengan dokumen-dokumen yang tidak ada faedahnya.
  6. Sifat data. Data katalog perpustakaan  terdiri dari deskripsi singkat yang sangat standar. Aturan pengatalogan digunakan adalah AACR2. Setiap item diwakili oleh suatu catatan terstruktur yang jelas berisi kolom data. Format data  dirancang untuk mengakomodasi semua elemen yang ditentukan oleh aturan tersebut. Format yang paling banyak digunakan adalah MARC21. Sedangkan search engines tidak mempunyai deskripsi standar untuk dukumen yang diindeks.
  7. Penciptaan dan isi database. Katalog perpustakaan tidak menyediakan akses full text tetapi hanya menyediakan deskripsi singkat dokumen berdasarkan halaman judul dokumen atau bagian lain dari dokumen sesuai dengan AACR2. Oleh sebab itu, pengatalogan otomatis (automatic cataloging) tidak dapat diterapkan pada katalog perpustakaan Struktur cantuman katalog masih berhubungan dengan struktur kartu katalog tradisional dalam hal isi dan tata letak. Sedangkan search engines mengindeks seluruh teks dalam dokumen bukan berdasarkan halaman judul. Program tidak mengenal halaman judul tetapi program tersebut dapat mengevaluasi baik kedekatan kata-kata maupun kata-kata yang ditonjolkan atau yang secara khusus di-tagged seperti judul dan tag gambar.
  8. Kriteria penelusuran. Penelusuran dengan katalog perpustakaan dapat dibatasi pada ruas-ruas tertentu saja dan dapat juga menggunakan kombinasi boolean, yakni nama pengarang, kata-kata judul, prase judul, subyek. Beberapa OPAC juga menyediakan penelusuran lewat kata kunci (keyword). Sedangkan penelusuran dengan search engines dilakukan dengan penelusuran full text tidak ada ruas-ruas penelusuran tertentu seperti judul, nama, dan subyek karena itu tidak ada kriteria penelusuran seperti pada katalog perpustakaan.
  9. Browsing. Kebanyakan OPAC menyediakan fasilitas index browsing, yakni suatu fasilitas dimana penelusur dapat melakukan browing pada indeks untuk menemukan kata, istilah dan nama dengan ejaan yang tepat, singular-plural dan lain-lain. Sedangkan pada search engines fasilitas tersebut tidak ada karena search engines menerapkan full-text indexing, penelusuran dapat dilakukan dengan kata apa saja.
  10. Pengaturan hasil penelusuran. Hasil penelusuran biasanya ditunjukkan berdasarkan pengarang, judul atau kronologis terbalik sedangkan hasil penelusuran dengan search engines tidak mempunyai tatanan tertentu.
  11. Authority control. Authority control merupakan elemen penting dalam katalog perpustakaan. Setiap nama, judul seragam, dan istilah subyek mengikuti standar yang baku sedangkan search engines tidak menggunakan standar tertentu karena pengindeksan dan data harvesting(pemerolehan data) dilakukan secara otomatis.
  12. Ketersediaan dokumen. Dokumen yang ditemukan lewat katalog perpustakaan ada di perpustakaan namun bisa juga dokumen tersebut sedang dipinjam sehingga tidak dapat segera tersedia atau bisa juga hilang. Sedangkan dokumen yang ditemukan lewat search engines hanya dapat di-klik saja itupun  jika link-nya tidak rusak.
  13. Kemutakhiran bahan. Dokumen yang dihasilkan dari penelusuran dengan katalog perpustakaan tidak mutakhir karena memang sifat kebanyakan koleksi perpustakaan dirancang untuk waktu yang lama. Sedangkan search engines unggul dalam hal penyediaan akses yang mutakhir.

Redefinisi Tujuan dan Fungsi Katalog Perpustakaan

Menurut Charles Cutter sebagaimana dikutip oleh Taylor[10]  tujuan katalog perpustakaan adalah :

  1. memungkinkan seseorang menemukan sebuah buku melalui salah satu berikut ini yang diketahuinya, yaitu pengarang, judul dan subyek.
  2. Menunjukkan apa yang dimiliki perpustakaan oleh pengarang tertentu, tentang subyek tertentu, dan dalam jenis literatur tertentu.
  3. Membantu dalam pemilihan sebuah buku berkaitan dengan edisinya, dan karakternya – sastra atau topik.

Tujuan di atas memberi penekanan yang terbatas akan fungsi katalog perpustakaan. Tujuan pertama menyatakan bahwa katalog perpustakaan dapat digunakan oleh pengguna untuk menemukan buku yang diinginkannya berdasarkan pengarang, judul, maupun subjek tertentu. Pengertian ini menekankan fungsi katalog perpustakaan sebagai sarana atau alat bantu dalam temu balik informasi (information retrieval) di suatu perpustakaan dalam konteks temu kembali buku. Tujuan kedua menyatakan bahwa katalog dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan. Katalog perpustakaan berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya. Artinya, suatu perpustakaan melalui katalognya mengkomunikasikan kepada pengguna, koleksi apa saja yang dimilikinya, seberapa banyak koleksi tersebut dan sebagainya. Katalog perpustakaan di satu sisi dapat berfungsi sebagai sistem komunikasi, dan di sisi lain berfungsi sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya. Tujuan ketiga menyatakan bahwa katalog dapat membantu pada pemilihan sebuah buku berdasarkan edisinya, atau berdasarkan karakternya – sastra atau topik. Lagi-lagi orientasinya ke buku.

Tujuan katalog perpustakaan itu dikemukan oleh Charles Cutter dalam karyanya yang berjudul Rules for a Dictionary Catalog pada tahun 1904. Meskipun pernyataan tersebut disampaikan oleh Cutter 106 tahun yang lalu, namun masih digunakan sampai sekarang dalam memahami fungsi katalog perpustakaan, tetapi dalam era moderen, pernyataan tersebut perlu disesuaikan. Tujuan katalog yang pertama seharusnya adalah memungkinkan seseorang menemukan karya intelektual apa saja apakah berbentuk tercetak, tidak tercetak atau format elektronik.[11]

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita katakan bahwa fungsi katalog perpustakaan adalah sebagai sarana temubalik informasi, sistem komunikasi dan sebagai daftar inventaris koleksi di suatu perpustakaan. Dengan kata lain, katalog perpustakaan – sesuai dengan namanya – hanya diperuntukkan dan dipakai di suatu perpustakaan saja.

Dalam konteks kekinian, fungsi katalog perpustakaan harus mampu berperan tidak saja sebagai sarana untuk temukembali informasi yang ada di sebuah perpustakaan saja tetapi juga mendukung fungsi manajemen perpustakaan seperti pengawasan inventaris, pengembangan koleksi, pengadaan, pemeriksaan bahan pustaka baru, manajemen anggaran dan lain-lain termasuk juga sebagai sarana yang mampu menghubungkan antara perpustakaan dengan ruang pengetahuan yang tersedia di dunia web.[12]

Dalam hal ini penjabaran tentang fungsi katalog perpustakaan yang digagas dalam IFLA Meeting of Experts on an International Cataloguing Code[13], Seoul, Korea, 2006 setidaknya mulai adaptif dengan perkembangan tersebut meskipun kalau kita perhatikan fungsi-fungsi katalog tersebut juga tidak secara tegas menyinggung tentang integrasi dengan web. Berikut ini fungsi katalog perpustakaan menurut pertemuan IFLA tersebut adalah memudahkan pengguna :

  1. Untuk menemukan sumber-sumber bibliografis dalam sebuah koleksi(nyata atau virtual).
  2. Untuk mengidentifikasi sebuah sumber bibliografis atau agen(yaitu, menegaskan bahwa entitas yang digambarkan dalam sebuah cantuman berhubungan dengan entitas yang dicari atau membedakan antara dua atau lebih entitas dengan karakteristik yang sama
  3. Memilih sebuah sumber bibliografis yang tepat dengan kebutuhan pengguna (yaitu, memilih sebuah sumber yang sesuai dengan persyaratan pengguna kaitannya dengan isi, format fisik dan lain-lain atau menolak sebuah sumber yang tidak tepat dengan kebutuhan pengguna
  4. Mendapatkan atau memperoleh akses pada sebuah item (dokumen) yang dimaksud(yaitu, menyediakan informasi yang akan memungkinkan pengguna mendapatkan dokumen tersebut lewat pembelian, peminjaman dan lain-lain atau mengakses dokumen tersebut secara elektronik melalui sebuah koneksi online) atau mendapatkan atau memperoleh kendali otoritas (authority record) atau cantuman bibliografis.
  5. Untuk mengendalikan sebuah katalog(yaitu, melalui susunan informasi bibliografis yang logis dan penyajian hubungan antara karya, ekspresi, manifestasi dan item.

Integrasi dengan World Wide Web  menjadi tuntutan bagi katalog perpustakaan karena perpustakaan saat ini tidak dapat lagi mengaku sebagai one and the only entity yang mengelola dan menyebarluaskan informasi. Internet dengan ribuan portal yang tersedia didalamnya menjadi tantangan tersendiri bagi eksistensi katalog perpustakaan meskipun kenyataannya tidak semua informasi full text dapat dengan mudah diakses via search engines di internet. Namun kecanggihan internet dalam menyediakan informasi yang tidak dibatasi oleh tempat, ruang dan waktu menjadi alasan mengapa banyak orang beralih pada internet dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka. Oleh sebab itu, katalog perpustakaan saat ini hanya merupakan salah satu simpul saja dari alam informasi pemakai.[14] Untuk tetap survive maka katalog perpustakaan harus berintegrasi dengan simpul-simpul yang lain seperti Google, Yahoo, Altavista, dan Amazon.com. Katalog perpustakaan tidak lagi sebagai sarana temu kembali di perpustakaan tetapi sekaligus menjadi portal yang terintegrasi ke web.

Secara lebih spesifik, menurut Eric Lease Morgan[15] ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan fungsi katalog perpustakaan, yaitu : 1). Mempertimbangkan untuk menambahkan akses buku secara full text di katalog perpustakaan. 2). Mempertimbangkan untuk  menambahkan artikel ilmiah dan artikel yang terdapat dalam ensiklopedia di katalog perpustakaan. 3). Mempertimbangkan untuk menambahkan situs-situs internet di katalog perpustakaan. 4). Mempertimbangkan untuk menyediakan sarana-sarana yang memungkinkan pengguna mereview atau memberi anotasi termasuk juga mengunduh, mencetak, menyimpan, dan membagi konten yang ada dalam katalog perpustakaan.

Penutup

Redefinisi tujuan dan fungsi katalog perpustakaan di era World Wide Web nampaknya menjadi sesuatu yang harus segera dilakukan. Untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku pencarian informasi (information-seeking behavior) pengguna, maka katalog perpustakaan harus dilihat dalam arti yang luas dan holistik. Katalog perpustakaan        dalam konteks kekinian harus mampu berperan tidak saja sebagai sarana untuk temukembali informasi yang ada di sebuah perpustakaan saja tetapi juga sebagai sarana yang mampu menghubungkan antara perpustakaan dengan ruang pengetahuan yang tersedia di dunia web. Dengan kata lain, katalog perpustakaan harus terintegrasi dengan sarana temu kembali informasi lain yang berbasis web seperti WorldCat termasuk juga search engines seperti Google, Yahoo, dan lain-lain.

Namun sebagaimana penulis singgung di pendahuluan tulisan ini bahwa sebetulnya isu tentang perubahan katalog perpustakaan ini hangat dibicarakan di luar negeri tepatnya di Amerika dan Eropa dimana perkembangan perpustakaan dan teknologi informasinya cukup pesat. Tulisan ini tidak bisa digunakan sebagai cermin bagi kondisi katalog perpustakaan di Indonesia karena tentu tahapan perkembangannya jauh berbeda dengan perpustakaan di kedua benua. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh setting lingkungan, kebiasaan dan perilaku masyarakat Indonesia yang tidak sama dengan di Amerika dan Eropa.

Daftar Pustaka

Calhoun, Karen. (2010). Our Space: the new world of metadata <http://www.slideshare.net/amarintha/our-space-the-new-world-of-metadata-presentation>. Diakses tanggal 13 Mei 2010.

Calhoun, Karen. (2006). The Changing nature of the catalog and its integration with other discovery tools. <http://www.loc.gov/catdir/calhoun-report-final.pdf.>  Diakses tgl 12 April 2010

Cheong, Choy Fatt. (2008). Librarianship: what is it about now? <http://www.las.org.sg/pa_cf.pdf.> Diakses tanggal 15 Mei 2010.

Coyle, Karen. (2010). Library data in a modern context. Library Technology Reports. Vol. 46, Iss. 1.

Coyle, Karen. (2010). Library data in the web world. Library Technology Reports. Vol. 46, Iss. 2.

Coyle, Karen & Hillmann, Diane. (2007). Resource Description and Access (RDA) : cataloging rules for the 20th century. <http://www.dlib.org/dlib/january07/ coyle/01coyle.html>. Diakses tanggal 12 Mei 2010.

Eversberg, B. (2007). On the Theory of Library Catalogs and Search Engines. <http://www.allegro-c.de/formate/tlcse.htm>. Diakses tanggal 12 Mei 2010

IFLA Meeting of Experts on an International Cataloguing Code, 1st, Frankfurt, Germany, 2003. Statement of International Cataloguing Principles. (approved draft based on responses through April 6, 2007).

<http://www.nl.go.kr/icc/down/070412_2.pdf>. Diakses tgl 13 April 2010

Mercun, Tanja & Zumer, Maja (2008). New generation of catalogues for the new generation of users: a comparison of six library catalogues. electronic library and information systems Vol. 42 No. 3.

Morgan, Eric Lease. (2006). Rethink the role of the library catalog. <http://techessence.info/node/55>. Diakses tanggal 12 Mei 2010

Reitz, Joan M. (2010). Online Dictionary for Library and Information Science. <http://lu.com/odlis/odlis_w.cfm#www>. Diakses tanggal 12 Mei 2010

Sadeh, Tamar. (2007). Time for a change: new approaches for a new generation of library users. New Library World. London. Vol. 108, Iss. 7/8.

Taylor, Arlene G. (2004). The Organization of Information. London : Libraries Unlimited.

Taylor, Arlene G. (2004). Wynar’s Introduction to Cataloging and Classification. London : Libraries Unlimit



[1] Taylor, Arlene G. The Organization of Information. (London : Libraries Unlimited, 2004), hlm, 34.

[2] Coyle, Karen & Hillmann, Diane. Resource  Description and Access (RDA) : cataloging rules for the 20th century. <http://www.dlib.org/dlib/january07/ coyle/01coyle.html>. Diakses tanggal 12 Mei 2010.

[3] Reitz, Joan M. Online Dictionary for Library and Information Science. <http://lu.com/odlis/odlis_w.cfm#www>. Diakses tanggal 12 Mei 2010

[4] Coyle, Karen. “Library data in the web world”. Library Technology Reports. Vol. 46, Iss. 2; (2010), hlm. 7

[5] Cheong, Choy Fatt. Librarianship: what is it about now? <http://www.las.org.sg/pa_cf.pdf.> Diakses tanggal 15 Mei 2010.

[6] Mercun, Tanja & Zumer, Maja “New generation of catalogues for the new generation of users: a comparison of six library catalogues”. electronic library and information systems Vol. 42 No. 3, (2008), hlm. 247

[7] Calhoun, Karen. The Changing nature of the catalog and its integration with other discovery tools. <http://www.loc.gov/catdir/calhoun-report-final.pdf.>  Diakses tgl 12 April 2010

[8] Sadeh, Tamar. “Time for a change: new approaches for a new generation of library users”. New Library World. London. Vol. 108, Iss. 7/8; (2007), hlm. 307

[9] Eversberg, B. On the Theory of Library Catalogs and Search Engines. <http://www.allegro-c.de/formate/tlcse.htm>. Diakses tanggal 12 Mei 2010

[10] Taylor, Arlene G.  Wynar’s Introduction to Cataloging and Classification. (London : Libraries Unlimited, 2004), hlm. 7

[11] Ibid.

[12] Coyle, Karen. “Library data in a modern context”. Library Technology Reports. Vol. 46, Iss. 1; (2010), hlm. 5

[13] IFLA Meeting of Experts on an International Cataloguing Code, 1st, Frankfurt, Germany, 2003. Statement of International Cataloguing Principles. (approved draft based on responses through April 6, 2007).<http://www.nl.go.kr/icc/down/070412_2.pdf>. Diakses tgl 13 April 2010

[14] Calhoun, Karen. Our Space: the new world of metadata <http://www.slideshare.net/amarintha/our-space-the-new-world-of-metadata-presentation>. Diakses tanggal 13 Mei 2010.

[15] Morgan, Eric Lease. Rethink the role of the library catalog. <http://techessence.info/node/55>. Diakses tanggal 12 Mei 2010

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top