Pada hari Senin, 22 Juni 2015 pukul 15.13 WIB Kiriman koleksi pribadi Alm. Bapak Basyral Hamidy Harahap berupa buku, naskah, foto, dan kaset rekaman suara tiba di UPT Pusat Perpustakaan IAIN Padangsidimpuan dengan menggunakan jasa truk ekspedisi. Kiriman tersebut dimuat di dalam 69 kardus dengan berbagai ukuran. Segera setelah semua kardus itu dimasukkan ke dalam gedung perpustakaan, kami menghubungi Ibu Femina Sagita Borualogo – salah seorang putri Almarhum yang selama ini mengurus koleksi tersebut – memberitahukan bahwa kirimannya telah kami terima dalam kondisi baik dan utuh.
Sebagai pengelola UPT Pusat Perpustakaan IAIN Padangsidimpuan, kami sangat berterima kasih dan berbangga hati karena mendapat kepercayaan dari ahli waris Alm. Bapak Basyral Hamidy Harahap untuk mengelola koleksi peninggalan ayah mereka. Terlebih-lebih koleksi tersebut adalah dokumen-dokumen penting yang bernilai historis yang berkaitan dengan adat dan peradaban Angkola dan Tapanuli bagian Selatan. Untuk itu, sebagai wujud rasa terima kasih kami kepada ahli waris, maka kami akan mengolah dan mengelola seluruh koleksi penting ini dan menempatkannya dalam satu ruangan tersendiri yaitu BASYRAL HAMIDY HARAHAP CORNER.
Mudah-mudahan keinginan mulia ini dapat segera diwujudkan sehingga seluruh koleksi peninggalan beliau yang terdiri dari buku-buku, naskah-naskah, foto-foto, dan juga kaset rekaman suara dapat diakses dengan mudah oleh para pemerhati dan peneliti sejarah dan budaya Tapanuli bagian Selatan khususnya kebudayaan Mandailing.
Siapakah Basyral Hamidy Harahap?
Untuk mengetahui sosok Basyral Hamidy Harahap, setidaknya kita dapat merujuk pada tiga alamat laman berikut yaitu (1) http://basyral-hamidy-harahap.com/ (2) http://www.rizalubis-web.com/2015/01/basyral-hamidy-harahap-tutup-usia.html (3) http://www.khoiruddinsiregar.com/basyral-hamidy-harahap-pertemuan-yang-takkan-pernah-terwujud-lagi.html. Keterangan selanjutnya dibawah ini diambil dari ketiga laman tersebut diatas.
Basyral Hamidy adalah seorang penulis, budayawan dan sastrawan yang telah banyak menulis buku. Kebanyakan buku yang ditulis beliau mengambil topik tentang kehidupan sosial, pendidikan, adat dan budaya masyarakat di Tapanuli khususnya Tapanuli Bagian Selatan. Saleh Partaonan Daulay, seorang anggota DPR RI, menyebutnya sebagai penggiat kebudayaan Mandailing. Basyral Hamidy lahir di Sihepeng, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, 15 Nopember 1940. Beliau adalah generasi ke 17 dari kakek buyutnya yang bernama Si Aji Guru Tunggal. Beliau adalah seorang pustakawan dan pernah menjadi dosen tetap di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dari tahun 1964 hingga 1975. Pada tahun 1975, beliau mengundurkan diri dari PNS. Beliau meninggal dunia pada hari Jum’at 9 Januari 2015 dalam usia 74 tahun dan dimakamkan di kawasan Rawamangun Jakarta Timur.
Karya-karyanya
Dari sekian banyak buku yang ditulis, beliau banyak mencurahkan penelitiannya kepada sosok Willem Iskander (1840-1876). Beliau tercatat melakukan penelitian tentang biografi dan karya Willem Iskander ini sampai ke Belanda di tahun 1975, 1981, 1985, 1989 dan 2006.
Tidak kurang dari 25 tulisan, makalah dan ceramah beliau tentang Willem Iskander yang telah dimuat di media massa sejak 1975, untuk memberikan penjelasan apa dan siapa sebenarnya Willem Iskander itu. Di samping meneliti tentang Willem Iskander, Basyral Hamidy juga meneliti tentang Sutan Casayangan yang tidak banyak diketahui orang. Beliau juga menghasilkan tulisan yang lain di antaranya Orientasi Nilai- Nilai Budaya Batak: Suatu pendekatan Terhadap Prilaku Batak Toba dan Angkola- Mandailing (tahun 1987), Horja: Adat Istiadat Dalihan Na Tolu (tahun 1993), Mengenal kaum Angkola-Mandailing (tahun 1997), Pemerintah Kota Padangsidimpuan Menghadapi Tantangan Zaman (tahun 2003), Siala Sampagul: Nilai-Nilai Luhur Budaya Masyarakat Kota Padangsidimpuan (tahun 2004), Rakyat Mendaulat Taman Nasional Batang Gadis (tahun 2005), Greget Tuanku Rao(tahun 2007), Makalah Islam and Adat Among South Tapanuli Migrants in Three Indonesian Cities : Jakarta, Medan and Bandung dan lain sebagainya. Selain menulis sendiri beliau juga menterjemahkan atau membuat kata pengantar untuk tulisan-tulisan non bahasa Indonesia seperti Sibulus-bulus Sirumbuk-rumbuk, Tapanuli 1915-1940 dan lain-lain.